Mungkin sudah menjadi watak dasar bangsa kita untuk selalu meminta, bahkan menuntut terhadap hak-haknya, namun cenderung mengabaikan tugas dan kewajibannya.
Lebih parah lagi, sebagian diantara mereka justru menjadi kanibal dan destroyer, pemakan hak orang lain, dan penghancur tatanan yang tidak berpihak kepada diri dan kelompoknya dengan mengorbankan kepentingan masyarakat luas. Persoalan yang membuat bangsa kita masih terpuruk hingga detik ini, dan sulit untuk bisa maju.
Terlalu besar mungkin jika membicarakan persoalan bangsa yang kompleks. Karena itu, mari kita persempit dengan melihat berbagai problem yang menghantui Jember.
Salah satu contoh kecil tentang kesejahteraan guru. Tatkala kesejahteraan guru dipandang masih rendah, guru-guru melalui wadah PGRI ramai-ramai berunjukrasa agar gaji dinaikkan. Tapi setelah gaji naik dan tingkat kesejahteraan lebih baik, ternyata masih banyak guru-guru yang tingkat kedisiplinannya rendah.
Keberadaan para pedagang kaki lima di kawasan kota juga bisa dijadikan contoh. Betapa ributnya masyarakat tatkala keberadaan PKL dipandang mengganggu ketertiban, kebersihan, dan keindahan kota. Tapi ketika pemerintah melakukan penataan, berbagai kebijakan yang dibuat justru kerap dihujat.
Kecenderungan kita untuk hanya memikirkan diri dan kelompok benar-benar telah menjadi virus yang sulit untuk dicarikan obatnya. Kecenderungan tersebut tanpa sadar menjadi penyakit kronis, bahkan wabah yang bukan hanya berdampak buruk terhadap diri pribadi, tetapi juga masyarakat luas.
Sadarkah kita terhadap apa yang selama ini kita perbuat? Pernahkah berpikir: apa yang telah kita berikan terhadap lingkungan, masyarakat, juga kepada Jember yang selama ini memberi kita ruang untuk hidup dan membangun kehidupan?
Cobalah untuk tidak lagi berpikir, apa yang telah diberikan Jember kepada kita? Karena kalau pertanyaan itu dilontarkan, jawabannya terlalu panjang untuk dituturkan. Sepanjang kehidupan yang telah kita jalani di Jember ini.
Bagi putra daerah, Jember telah memberikan sekotak lahan tempat ari-ari kita ditanamkan. Di sini pula kita menghabiskan masa kecil, bermain di hamparan tanahnya yang hijau, melabuhkan angan-angan di indahnya panorama alam, dan terlelap dinninabobokkan udaranya yang sejuk.
Jember telah memberi kita kesempatan untuk merenda harapan dan masa depan. Menyediakan kita tempat bernaung, mencukupi kebutuhan hidup, dan mungkin akan menjadi tempat peristirahatan terakhir kita di bumi ini.
Tidakkah itu sudah lebih dari cukup.? Bahkan jauh melebihi apa yang telah kita berikan kepada Jember.
Karena itu, bertanyalah: apa yang sudah kita perbuat untuk Jember? Tidak perlu terlalu jauh dengan bertanya: apa yang telah kita perbuat untuk bangsa ini. Karena menurut Emha Ainun Nadjib: Indonesia adalah bagian terkecil dari desa saya. Artinya, jika kita sudah berbuat sesuatu untuk untuk membangun Jember, sama artinya kita telah berbuat sesuatu untuk Indonesia, dan untuk kemaslahatan bangsa.
Tidak berat sebenarnya untuk memberi sesuatu yang berarti buat Jember dan seluruh masyarakatnya. Kerjakan dengan sungguh-sungguh apa yang menjadi tugas dan kewajiban kita, dan ambillah bagian yang memang menjadi hak kita, serta jangan memakan bagian dari hak orang lain.
Jika kita tidak bisa berbuat sesuatu untuk Jember, jangan justru menjadi klilip, merusak tatanan, merecoki kebijakan, serta memperkeruh keadaan.
Jika kita memang tidak bisa berbuat sesuatu untuk Jember, lebih baik diam! (*)
0 komentar:
Post a Comment