Dambakan Ruang KBM yang Layak

SDN JemberKidul 03 jember

Gedung bertingkat yang mengelilingi bangunan sekolah menjadi siksaan tersendiri bagi guru serta murid saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar (KBM).


Apalagi, ruang kelas beratapkan asbes, siang hari panasnya menggigit kulit. Begitu gerahnya suasana di dalam kelas, membuat kipas angin besar yang menggantung di tegah ruangan, tidak mampu menghadirkan hawa segar, keadaan itulah yang dialami guru serta murid di SDN Jember Kidul 03.
Siksaan tidak hanya berhenti sampai di situ. Warga lembaga pendidikan yang bertetangga dekat dengan pabrik penggilingan kopi milik PTP ini juga harus rela mencium aroma kopi, jika pabrik tersebut tengah melakukan penggilingan. Bagi yang menyukai aroma tersebut, mungkin tidak jadi masalah. Tapi bagi yang tidak suka, hal tersebut cukup menyiksa.
“Kami sebenarnya sudah mengajukan permohonan bantuan untuk mengganti atap asbes dengan genting. Dan pihak Dispendik juga sudah meninjau ke sini. Tapi menurut mereka, sekolah kami masih bagus, dan belum saatnya menerima bantuan,” tutur Hadi Purwanto, S.Pd. “Permasalahannya bukan masalah bagus dan tidaknya, tapi masalah kelayakan. Bagaimana mungkin anak-anak dapat menyerap materi dari gurunya kalau kondisi ruangan seperti itu. Kenyamanan anak dalam belajar kan juga kunci utama dalam keberhasilan pendidikan,” tambah Kepala SDN Jember Kidul 03 ini.
Meski kondisi kelas kurang kondusif, namun guru dan murid di sekolah ini tetap bersemangat dalam melaksanakan KBM. Tidak heran jika prestasi dari SDN Jember Kidul 03 senantiasa cemerlang setiap tahunnya. Dalam bidang akademik sekolah ini selalu masuk dalam urutan 10 besar sekecamatan untuk nilai ujian akhir sekolah. Malahan pada awal Maret 2008 kemarin, Cagar Irwin Topan, salah satu murid dari lembaga ini mampu menerobos hingga ke tingkat nasional dalam ajang Olimpiade IPA.
Untuk bidang non-akademik, dengan terjadualnya agenda latihan kegiatan ekstrakurikuler, seperti renang, tari, band, dan beberapa kegiatan ekskul yang lain, membuat anak-anak SDN Jember Kidul 03 kerap memboyong trophy dalam beberapa event lomba baik di tingkat kabupaten maupun propinsi.
Banyaknya prestasi yang berhasil diraih tersebut tidak terlepas dari kelengkapan fasilitas belajar. Karena selain 6 ruang untuk KBM, lembaga ini juga memiliki ruang komputer, laboratorium bahasa, ruang UKS, mushollah, serta ruang perpustakaan yang pengelolaannya sudah menggunakan system komputerisasi. Di atas ruang perpustakaan yang dibangun dari swadaya wali murid ini dalam waktu dekat juga akan didirikan ruang kesenian sekaligus dijadikan aula untuk tempat pertemuan guru beserta wali murid.
Terkait dengan system komputerisasi di perpustrakaan yang ada di lembaga ini, Eko Susilowati A.Md., petugas perpustakaan menyampaikan bahwa hal tersebut berkat bantuan dari Perpustakaan Umum Daerah Jember. Keseriusan lembaga menggarap perpustakaan sekolah, didasarkan pada besarnya minat baca dari siswa.
“Setiap hari, rata-rata jumlah peminjam sekitar 25 anak. Bahkan kalau kebetulan ada tugas dari guru, jumlah peminjam membengkak hingga 2-3 kali lipat. Sementara buku yang kita miliki untuk saat ini baru sekitar 1000 eksemplar buku. Namun penambahan buku dan majalah setiap bulannya selalu kami lakukan,” kata Susilowati menutup pembicaraan. (Agus/Bambang)



SMK Swasta Dianaktirikan!

Di tengah-tengah upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan rasio SMK, muncul opini berbeda dari sekretaris MKKS SMK Swasta. Menurut Wiryono, bukan keputusan yang bijak meningkatkan jumlah SMK, apalagi dengan tidak mempertimbangkan radius antara lembaga yang satu dengan yang lain dan tanpa disertai pertimbangan kelayakan.


“Sebab, ujung-ujungnya nanti hanya meminta bantuan pemerintah. Yang ruwet lagi pemerintah nanti. Sekarang memang masih belum. Tapi ke depan nanti pemerintah pasti akan ruwet,” tegas Wiryono.
Menurut Sekretaris MKKS Swasta ini, langkah yang paling bijak sebenarnya bukan memperbanyak jumlah SMK, tapi memperbanyak jumlah siswanya. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menambah daya tarik lembaga-lembaga SMK yang telah ada, baik negeri maupun swasta. Caranya?
“Ya ngopeni SMK-SMK yang ada. Membantu biaya operasional sekolah, mencukupi sarana-prasarana pembelajaran, bila perlu memberikan peluang bagi lulusan SMK agar lebih mudah dalam memperoleh pekerjaan. Jika hal itu dilakukan, dengan sendirinya akan memancing minat masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya di berbagai SMK yang ada,” papar Wiryono.
Pendirian SMK baru perlu dikaji lebih mendalam karena saat ini masih banyak SMK-SMK yang masih kekurangan murid. SMK YAPPENI, tempat Wiryono bertugas misalnya, saat ini hanya memiliki 39 murid. Sehingga jumlah 59 SMK Negeri/Swasta yang ada di Jember bagi Wiryono sudah lebih dari cukup jika lembaga-lembaga yang ada tersebut diberdayakan semaksimal mungkin.
Sekretaris MKKS SMK Swasta ini juga menengarai adanya ketidakadilan dari pemerintah dalam memperlakukan lembaga negeri dengan lembaga swasta. “Banyak sekali contoh ketidakadilan pemerintah dalam memperlakukan SMK Negeri dengan SMK Swasta. Untuk diklat saja misalnya, swasta tetap dianaktirikan. Buktinya, pada waktu saya mengikuti diklat SMK Pertanian di Cianjur, dari 218 peserta yang datang dari seluruh penjuru tanah air, hanya ada 2 peserta dari SMK Swasta,” pungkas Wiryono.(Agus).



Tahun Peningkatan SMPN 07 Jember

Tidak salah jika tahun 2008 ini disebut Tahun Peningkatan oleh seluruh warga SMPN 07 Jember yang merayakan Dies Natalis ke-24 pada hari Sabtu, 13 Desember yang baru lalu. Karena hanya dalam rentang waktu satu tahun, seluruh potensi yang dimiliki lembaga ini dipacu hingga mengalami peningkatan yang cukup drastis dalam berbagai bidang.


Potensi guru ditingkatkan dengan memberikan pelatihan bahasa Inggris, serta komputer. Potensi murid dipacu dengan memberi ruang gerak yang cukup bagi mereka untuk mengekspresikan diri dalam berkreasi melalui serangkaian kegiatan ekstrakurikuler dan pemenuhan berbagai sarana untuk menunjang aktifitas dan kreatifitas mereka. Sedang potensi lembaga ditingkatkan melalui penambahan berbagai sarana pembelajaran, termasuk pembangunan laboratorium IPA yang saat ini tengah dikerjakan.
“Dalam menghadapi UNAS, kita bekerjasama dengan LBB ternama di Jember. Hal ini untuk memberikan kepercayaan kepada orang tua bahwa SMP 07 tidak setengah-setengah. Karena saya yakin, kalau pekerjaan dilakukan dengan setengah-setengah hasilnya juga akan setengah. Karena itu saya dan teman-teman guru akan total dalam memacu potensi peserta didik. Dan hasil atau dampaknya akan bisa kita lihat bersama 1 tahun ke depan,” tutur Drs. Syaiful Bahri, M.Si, Kepala SMPN 07 dengan nada penuh keyakinan.
Totalitas yang dilakukan Kepala Sekolah beserta dewan guru dalam memacu potensi peserta didik pada satu tahun terakhir ini sudah dapat dilihat hasilnya. Dalam bidang non-akademik, prestasi anak-anak SMP 07 cukup dapat dibanggakan. Malahan, saat sekolah ini memeriahkan dies nataliesnya yang ke-24, salah seorang muridnya tengah berada di Singapura untuk mewakili Indonesia dalam pertandingan bulu tangkis KU - 15 Tahun. Tidak hanya itu, salah seorang murid SMP ini yang sudah menelorkan album rekaman juga tengah berada di Nusa Tenggara Barat untuk mengikuti lomba menyanyi.
“Kami akan bekerja keras agar SMP 07 ini tidak dinomor tigakan. Kami akan berusaha agar sekolah ini menjadi jujugan, menjadi pilihan utama murid dan dipercaya orang tua dalam menitipkan putra-putri mereka,” harap Syaiful.
Pesatnya peningkatan SMP 07 dalam satu tahun terakhir juga dirasakan Tulus Wijayanto, S.Pd., guru Fisika yang ada di lembaga tersebut. Dia mengibaratkan lembaga tempat dia bertugas itu seperti kuda yang berlari kencang setelah lama tertidur pulas. Berlari kencang dengan mengusung tenaga serta semangat baru.
“Selama ini kita berupaya agar sekolah bisa menjadi tempat yang didambakan murid. Jangan sampai anak-anak tidak kerasan berada di sekolah, jangan sampai anak merasa seperti di penjara ketika ada di sekolah. Kita akan berupaya menciptakan kesan yang menarik, kesan yang dirindukan anak-anak. Kita akan berusaha melayani anak-anak seoptimal mungkin,” kata Tulus.
Perubahan drastis dari lembaga ternyata dirasakan pula oleh murid-murid di SMP 07. Atiqotul Fitriah, salah seorang siswa kelas IX, salah satu contohnya. “Saya merasakan betul adanya peningkatan dari sekolah dalam satu tahun terakhir,” ujarnya.
Sementara itu Dies Natalies ke-24 SMP 07 di peringati dengan acara Jalan Sehat yang diikuti seluruh warga sekolah pada hari sabtu, 13 Desember 2008. Disela-sela pembagian hadiah, pentas diisi dengan parade musik yang dimainkan secara bergiliran oleh kelompok-kelompok musik yang dimainkan anak-anak SMP 07 Jember. (Maji)



Butuh Kreativitas

Untuk merumuskan suatu kebijakan, kita harus melihat dinamika yang ada dari waktu ke waktu. Menurut saya yang paling mendasar bagi masyarakat, adalah hal-hal yang terkait dengan bidang kesejahteraan.

Kita melihat bahwa Jember sebenarnya memiliki potensi sumber daya alam (SDA) yang melimpah. Persoalannya adalah belum tergarapnya SDA tersebut secara maksimal. Sebagai contoh pada saat panen raya, atau musim buah-buahan. Ketika itu harga buah-buahan cenderung anjlok, karena tidak ada penanganan pasca panen. Misalnya di daerah Panti, Rambipuji, Bangsalsari dan sekitarnya yang kaya akan komoditi rambutan. Untuk meningkatkan nilai dari buah rambutan tersebut, kita bisa mengolahnya menjadi buah kaleng. Sudah barang tentu untuk keperluan itu kita butuh pabrik. Demikian juga dengan komiditi yang lain, karena di Jember ini kaya dengan aneka ragam buah-buahan. Dari sanalah kita bisa memberikan penguatan sektor ekonomi bagi masyarakat.
Itu sebabnya saya sangat konsen dalam megembangkan kegiatan di bidang ekonomi mikro dan menengah. Karena bidang tersebut menurut saya sangat potensial untuk dikembangkan di Jember. Dan ada kecenderungan mereka relatif bisa bertahan ketika mengalami masa-masa sulit. Kemudian yang juga sangat penting untuk dikembangkan adalah sektor pariwisata.
Siapa bilang kalau Jember tidak punya potensi wisata? Jember itu masyarakatnya heterogen, yang sudah barang tentu juga memiliki budaya yang heterogen. Jika nilai-nilai budaya yang berkembang di masyarakat tersebut diangkat dan dikembangkan, maka bukan tidak mungkin akan menjadi salah satu potensi yang bisa dijual.
Berbicara tentang pengembangan potensi pariwisata, sebetulnya ada 3 sektor yang perlu digarap: pengelolaan SDA, pengembangan sosial budaya dan pemberdayaan potensi SDM. . Jika ingin menjual Watu Ulo, tidak cukup dengan hanya mengandalkan keindahan pantainya saja. Tetapi pengembangan sosial budaya yang ada di sana juga perlu dilakukan. Begitu juga dengan SDM, harus kita garap. Untuk pembuatan cinderamata misalnya. Karena hasil kerajinan mayarakat Jember banyak yang dikirim ke Bali. Hasil karya para pengrajin di Jember ini justru lebih terkenal di Bali daripada dikotanya sendiri.
Jadi persoalannya adalah bagaimana memadukan potensi SDA, potensi budaya dan ekonomi, serta potensi SDM yang sudah mulai menggeliat di Jember ini. Karena itu Pemda harus menyiapkan sarprasnya. Akses jalan misalnya. Kita tidak mungkin berkunjung ke daerah Gunung Gambir, ke Puncak yang ada di Jelbuk, juga ke tempat wisata yang lain di Jember ini, kalau akses jalannya tidak diperbaiki.
Kita juga memerlukan kreatifitas. Karena inovasi itu penting. Coba lihat See World di Lamongan. Itu contoh dari inovasi pemerintah dan masyarakat. Kita selama ini kan kurang inovasi. Sehingga potensi yang ada kurang begitu maksimal pemberdayaannya. Jika kita memiliki kreatifitas yang tinggi, maka sektor pariwisata akan memberikan Multiple effect yang luar biasa dari segi perekonomian. Sehingga selain bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, juga bisa menjadi sumber Pendapatan Daerah.(*)

Pendidikan Atasi Persoalan Bangsa

Oleh: Drs.H. Achmad Sudiyono, M.Si., M.Psi
Kepala Dinas Pendidikan Jember

Saya kira apa yang dilakukan Bapak Bupati saat ini melalui rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek, sudah merupakan rumusan alur pembangunan yang luar biasa.

Tema dan slogan beliau: Membangun Desa Menata Kota untuk Kemakmuran Bersama juga bukan semata-mata hanya menjadi slogan. Buktinya: pembangunan jalan saat ini telah sampai di pedesaan-pedesaan, dan itu merupakan prioritas. Mengapa diprioritaskan? Karena kondisi jalan, juga infrastruktur yang lain akan mempengaruhi gerak laju perekonomian. Begitu juga dengan unsur lain yang menjadi prioritas dari pembangunan, yakni kesehatan, pertanian, serta pendidikan.
Untuk bidang pendidikan, melalui program KF, semakin kecil orang di Jember ini yang tidak bisa membaca. Bahkan bisa tuntas. Melalui program PAUD, tidak ada anak usia balita di Jember ini yang tidak bersekolah. Dan melalui program Wajar Dikdas 9 Tahun,tidak ada anak usia sekolah di Jember ini yang tidak mengenyam pendidikan formal, meskipun dia juga belajar di pesantren. Karena sesuai amanat undang-undang, pendidikan harus bisa dirasakan oleh semua masyarakat.
Kemudian dalam menyiapkan generasi muda. Di Jember sudah mulai tidak ada lagi penambahan USB SMA tapi memacu bertambahnya USB SMK. Untuk tahun 2007-2009 misalnya, sudah ada penambahan 7 SMK. Mengapa hal ini dilakukan? Karena ditengarai, anak-anak SMK apabila tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi, mereka tidak sampai menganggur, karena memiliki lifeskill dan ketrampilan. Artinya, apa yang dilakukan pemerintah kabupaten Jember ini bertujuan untuk mengurangi angka pengangguran.
Apalagi tenaga lifeskill dan ketrampilan yang dimiliki anak-anak lulusan SMK nantinya juga bisa dijual ke perusahaan-perusahaan, baik negeri maupun swasta, baik di dalam maupun di luar negeri. Hal ini juga menjadi sumber devisa bagi negara, minimal bisa menambah pendapatan asli daerah.
Sehingga, melalui pendidikan yang dibangun di Jember ini, diharapkan akan dapat ikut mengatasi berbagai persoalan bangsa. Jadi ada semacam sirkulasi. Kalau pendidikannya kuat, pendidikannya mantap, siswa lulusannya berkualitas, maka akan mempengaruhi sektor-sektor yang lain. Ini yang harus segera dibangun, agar bisa segera dirasakan oleh kita bersama. (*)



Menggali Potensi Jember

Pada hakekatnya, makna dari pembangunan adalah menggali dan membangun segenap potensi yang dimiliki suatu daerah, baik potensi sumber daya alam, maupun potensi sumber daya manusia. Jember dengan slogan pembangunan “Membangun Desa Menata Kota untuk Kemakmuran bersama”, dalam visi maupun misinya juga mempunyai kecenderungan untuk menggali potensi yang ada. Pertanyaannya adalah sejauh mana upaya yang telah dilakukan pemerintah kabupaten Jember dalam menggali potensi tersebut, dan seberapa maksimal potensi yang ada diberdayakan sehingga memberi manfaat yang besar bagi masyarakat Jember.


Secara geografis maupun demografi, siapapun akan mengakui bahwa Jember cukup potensial untuk dikembangkan. Dengan melihat batas-batas teritorial, luas wilayah, kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial politik dan sosial budaya serta sumber daya manusia, Jember cukup memiliki kekuatan, dan memiliki kompetensi untuk menciptakan kemakmuran bagi masyarakatnya.
Tengok saja keadaan wilayahnya. Dengan luas wilayah 3.293,34 km2 atau 329.333,94 Ha. dari segi topografi wilayah bagian selatan Jember merupakan dataran rendah yang relatif subur untuk pengembangan tanaman pangan. Sedang di bagian utara merupakan daerah perbukitan dan bergunung-gunung yang relatif baik bagi pengembangan tanaman keras dan tanaman perkebunan.
Dari sisi jumlah penduduk demikian pula. Berdasarkan data statistik hasil registrasi tahun 2003, penduduk Kabupaten Jember mencapai 2.131.289 jiwa, dengan kepadatan penduduk 647,15 jiwa/km, dan sebagian besar penduduk berada pada kelompok usia muda. Melihat kondisi demografi yang demikian, menunjukkan bahwa potensi sumberdaya manusia yang dimiliki Kabupaten Jember cukup memadai sebagai potensi penyedia dan penawar tenaga kerja di pasar kerja.

Sektor Pendidikan
Sebagai pusat perdagangan di kawasan timur Jawa Timur, pada Perkembangannya Jember menjadi “Kota Pelajar” karena didukung dengan tumbuh suburnya lembaga-lembaga pendidikan dari PAUD hingga Perguruan Tinggi, baik Negeri maupun Swasta. Universitas Jember yang merupakan Perguruan Tinggi Negeri terbesar setelah Universitas Airlangga di Surabaya dan Universitas Brawijaya di Malang juga diminati banyak calon mahasiswa dari berbagai daerah di tanah air, didukung dengan tersedianya kampus yg megah di kawasan Tegalboto.
Untuk itulah Pemerintah Kabupaten Jember memasukkan bidang pendidikan sebagai salah satu prioritas kebijakan pembangunan, disamping kesehatan dan pertanian. Sebagai program prioritas, pembangunan bidang pendidikan diarahkan pada upaya peningkatan program efisiensi pengelolaan, agar secara efektif dapat memacu pada peningkatan mutu dan relevansi pendidikan serta pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan secara berkelanjutan.
Disamping itu, misi pembangunan bidang pendidikan diarahkan pada upaya pengembangan sistem dan iklim pendidikan yang demokratis, partisipatif dan berkualitas, serta peningkatan efektivitas, efesiensi dan produktivitas lembaga pendidikan yang ada untuk mencapai output yang dibutuhkan.
Sektor Perikanan dan Kelautan
Di bidang perikanan dan kelautan, secara geografis wilayah laut yang dimiliki Jember membentang di sepanjang Pantai Selatan Jawa atau Samudra Indonesia dengan panjang pantai kurang lebih 170 km. Sedang luas perairan Jember yang termasuk ZEE (Zona Ekonomi Ekslusif) kurang lebih 8.338,5 km2, dengan potensi lestari sebesar 40.000 ton per tahun.
Potensi yang sangat besar tersebut, sayangnya belum dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal, karena baru sekitar 20% yang telah dimanfaatkan.
Belum optimalnya pemanfaatan hasil laut selama ini, karena aktifitas nelayan yang tersebar di 5 kecamatan, masing-masing Kecamatan Puger, Kencong, Ambulu, Gumukmas dan Tempurejo masih mengandalkan peralatan dan alat tangkap tradisional seperti payang, gill net, trammel net dan pancing perawe.
Karena itu, sekitar 14.339 orang yang menggantungkan hidupnya sebagai nelayan hanya bisa melaut saat gelombang pantai dan cuaca ‘bersahabat’. Untuk melakukan aktifitasnya, para nelayan bergantung pada kapal/perahu nelayan ukuran sedang sebanyak 580 unit. Sedang kapal ukuran kecil sejumlah 1.198 unit. Sementara peralatan tangkap yang dimiliki nelayan, untuk jenis payang sejumlah 587 unit, gill net berjumlah 731 unit, trammel net berjumlah 894 unit, pancing perawe 1.664 buah dan alat tangkap lainnya (klitik, set net) berjumlah 1.002 unit.
Adapun komoditas jenis-jenis ikan hasil laut Jember antara lain meliputi : layur, tongkol, layang, lemuru, selar, cakalang, udang rebon, cucut, tuna, manyung, kakap, kerapu dan udang barong.
Jumlah produksi ikan di kawasan pantai di Jember setiap tahun sekitar 6.315,22 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 16.334.583.240. Produksi tersebut termasuk ikan kering 1.201,30 ton, ikan pindang 1.824,80 ton dan ikan asapan 204,10 ton.Untuk meningkatkan produktifitas nelayan, Pemerintah Kabupaten Jember melalui Dinas terkait berupaya mencari terobosan-terobosan, seperti mengembangkan komoditas ikan laut, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan nelayan melalui pendidikan dan pelatihan penangkapan ikan, serta memberdayakan para nelayan untuk menggunakan Cool Box guna menjaga kualitas ikan laut.
Disamping itu, Kabupaten Jember masih memiliki potensi yang berkualitas ekspor dan yang masih dibudidayakan. Potensi berkualitas ekspor tersebut adalah “Terasi” yang telah dikemas serta siap masak/saji.
Potensi lain yang telah dikembangkan masyarakat petani seKabupaten Jember adalah “Budidaya Ikan Air Tawar”. Tidak hanya ikan lele dan gurami, tetapi juga dibudidayakanmya jenis ikan air tawar lainnya seperti tombro, tawes, mujair dan nila. Komoditas tersebut merupakan salah satu produk unggulan yang pada tahun 2004 produksi ikan lele mencapai 861,90 ton, gurami 399,90 ton, tombro 34,20 ton, tawes 28,30 ton, mujair 7,20 ton dan ikan nila mencapai 152,20 ton.
Animo masyarakat petani ikan Jember cukup tinggi, karena budidaya ikan air tawar ini sangat praktis, efisien dan prospektif baik dari segi tempat, biaya dan pemasaran.
Untuk lebih menggalakkan petani ikan, Pemkab mendorong Tim PKK Kecamatan memanfaatkan lahan atau pekarangan di kantor kecamatan atau fasilitas lain sebagai demplot budidaya ikan air tawar. Dari uji coba yang dilakukan di 31 kecamatan, hasilnya ternyata cukup memuaskan. Selama 3 bulan pemeliharaan, demplot kolam ikan tersebut mampu memberi keuntungan sebesar Rp 400.000,- - Rp 500.000,-

Sektor Pertanian
Jember dengan tanahnya yang subur dikenal sebagai daerah agraris dan penghasil berbagai komoditas pertanian, hortikultura dan perkebunan. Dari segi topografi, sebagian wilayah selatan Jember merupakan dataran rendah yang relatif subur untuk pengembangan tanaman padi dan tanaman pangan lainnya.
Secara keseluruhan wilayah Kabupaten Jember memiliki curah hujan yang relatif cukup, yaitu antara 1.471 mm – 3.767 mm pertahun. Dengan demikian Kabupaten Jember merupakan daerah subur untuk kegiatan pertanian dan perkebunan. Karena itu wajar, kalau setiap tahun Kabupaten Jember mengalami surplus beras hingga mencapai 200 ribu ton.

Sektor Perkebunan
Selain sebagai daerah produsen beras, wilayah Jember bagian utara yang topografinya berbukit -bukit dan bergunung-gunung, relatif baik untuk perkembangan tanaman keras dan tanaman perkebunan lainnya.
Produksi unggulan perkebunan andalan Jember adalah komoditi tembakau. Melalui potensi tanaman tembakau inilah, Kabupaten Jember telah lama terkenal dan melegenda sebagai “Kota Tembakau” sebagai salah satu daerah produsen dan penghasil tembakau terbesar dengan produk yang berkualitas. Tidak hanya di pasar nasional, bahkan telah lama kota Jember dikenal di beberapa Negara Eropa seperti Bremen.
Sayangnya persoalan pertembakauan dari tahun ketahun tidak juga rampung diselesaikan. Permasalahan yang selalu sama dan tergolong klasik, dimana harga jual dipasaran sangat bergantung pada pihak pabrikan (pabrik rokok).
Kondisi inilah yang harus dipecahkan, agar para petani tembakau Jember tidak selalu berada pada pihak yang dirugikan.
Selain tembakau, tanaman kopi dan kakao atau coklat juga cukup potensial ditanam di areal perkebunan di Jember. Karena potensinya tersebut, pengusahaannya tidak hanya dikelola oleh rakyat tetapi juga dikelola oleh pihak BUMN (PT. Perkebunan Nusantara XII), Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP) dan swasta.
Total areal perkebunan kopi di Jember 16.882 Ha dengan pengusahaan kopi rakyat seluas 4.911 Ha yang tersebar di 27 kecamatan dengan areal terluas berada di Kecamatan Silo. Selanjutnya sebanyak 14 kebun dengan luas areal 6.009 Ha dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII), 7 kebun seluas 2.267 Ha dikelola oleh Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP) dan 10 kebun dengan luas areal 3.695 Ha dikelola oleh pihak swasta.
Sedang produktivitas tanaman kopi dalam setiap hektarnya untuk kopi rakyat mencapai 6,40 ton, pengusahaan melalui PTPN XII mencapai 4,09 ton, pengusahaan kopi melalui PDP mencapai 5,99 ton dan pengusahaan oleh pihak swasta mencapai 5,24 ton.
Sementara untuk komoditi tanaman perkebunan kakao di Jember, dari total luas areal 4.641 hektar, semua diusahakan oleh perusahaan perkebunan, diantaranya: PTPN XII mengelola 4 kebun dengan luas 3.914 hektar, PDP mengelola 3 kebun seluas 216 hektar, dan pihak swasta lainnya mengelola sebanyak 5 kebun dengan luas areal 511 hektar.
Dalam setiap hektarnya produktivitas tanaman perkebunan kakao yang dikelola oleh PTPN XII mencapai 3,27 ton. Sedang yang dikelola oleh PDP dan swasta masing-masing mencapai 4,93 ton dan 7,67 ton.
Selain kopi dan kakao, tanaman lainnya yang banyak dibudidayakan antara lain tebu, cengkeh, vanili, lada, kelapa dan tanaman perkebunan lainnya.

Sektor Peternakan
Pembangunan sektor peternakan di Jember lebih dititikberatkan pada kegiatan peningkatan produksi ternak, peningkatan kesempatan kerja, peningkatan kesejahteraan petani ternak, pengembangan agrobisnis serta pemanfaatan sumber daya alam secara optimal.
Hal ini sejalan dengan meningkatnya konsumsi pangan masyarakat akan daging yang seiring dengan pertumbuhan penduduk, meningkatnya pendapatan, pengetahuan dan kesadaran gizi masyarakat.
Selain itu sebagian masyarakat Jember dikenal gemar memelihara hewan ternak, khususnya sapi potong atau “Kereman”. Ini merupakan suatu potensi, peluang dan nilai tambah bagi Kabupaten Jember dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Dengan didukung potensi wilayah Jember yang sebagian besar berareal sawah, perkebunan, dan tegal merupakan faktor pendukung dalam menghasilkan penyediaan pakan ternak. Sehingga wajar kalau animo masyarakat Jember untuk memelihara ternak, terutama sapi Kereman cukup tinggi.
Dalam upaya memelihara dan meningkatkan jumlah populasi sapi Kereman, pemerintah Kabupaten Jember melalui Dinas Peternakan, setiap tahun menggelar “Kontes Sapi Kereman” hasil IB. Hal ini sebagai upaya untuk mengembangkan populasi dan kualitas ternak melalui program Inseminasi Buatan (IB) lebih dikenal “Kawin suntik sapi” yang telah digaungkan sejak tahun 1982.

Sektor Pariwisata
Digelarnya event BBJ membuka cakrawala baru bagi dunia pariwisata di kabupaten Jember. Karena meski tujuan utamanya mengundang para investor untuk terlibat dalam berbagai bidang pembangunan di Jember, namun sektor pariwisata tetap merupakan primadona dari event tersebut.
Langkah ini sangat tepat mengingat sektor pariwisata cukup potensial untuk dikembangkan di Jember. Tengok saja tempat-tempat pariwisata alam maupun buatan yang ada di hampir setiap sudut wilayah. Semuanya memiliki peluang besar untuk menyedot wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri jika dikelola secara professional, seperti: Rembangan, Air Terjun Lereng Raung, Air Terjun Tancak, Agrowisata teh perkebunan gunung Gambir, Pemandian Kebon Agung, Agrowisata dan wisata lori PG Semboro, Pantai Watu Ulo, Pantai Papuma, Pantai Paseban, dan berbagai tempat pariwisata lainnya.
Keseriusan pemerintah Jember dalam mengembangkan sektor pariwisata juga dapat dilihat dari upaya untuk menjadikan kawasan Puger sebagai kawasan wisata internasional pada tahun 2009 ini.
Jika hal tersebut terealisasi, dampaknya akan sangat besar. Tidak hanya bagi masyarakat Puger, atau Jember semata, tapi juga berimbas pada kabupaten di sekitarnya. Sudah barang tentu hal tersebut cukup memberikan peluang bagi penyerapan tenaga kerja, serta peningkatan perekonomian masyarakat melalui berbagai peluang usaha yang ada.

Menggali potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia memang hakekat dari kata ‘pembangunan’. Sehingga jika pemerintah memang ingin membangun, maka bukan hanya SDA saja yang dieksploitasi dan diamnfaatkan, keberadaan SDM juga harus dipikirkan.
Begitu juga halnya dengan masyarakat. Jika berharap program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dapat mereka nikmati hasilnya, maka menjadi kewajiban yang tidak bisa ditawar untuk mendukung program tersebut dan ikut terlibat aktif dalam pelaksanaannya.
Ayo, kita gali bersama potensi yang ada di lingkungan kita, di Jember tercinta! (Tim)


Puger Integrad Go Internasional

Jember go internasional! Impian itulah yang akan dicoba untuk direalisasikan dengan membangun kawasan integrated di Puger, yakni menjadikan Puger sebagai kawasan industri pariwisata, termasuk di dalamnya membangun jasa perhotelan, membangun pusat industri kerajinan, mengembangkan seni-budaya, dan infrastruktur lainnya untuk mendukung sektor pariwisata


Meski baru memasuki tahap pra-konstruksi, namun rencana tersebut besar kemungkinan sudah mulai terealisasi di tahun 2009 ini. Hal tersebut ditunjukkan dengan keseriusan Bupati Jember, MZA Djalal yang sudah empat kali mengunjungi Puger beserta Wabup dan jajaran kepala dinas di pemkab Jember.
“Jadi selain tetap memberdayakan tempat-tempat wisata yang telah ada, kita juga akan menggali objek-objek wisata yang potensial yang selama ini masih tidur. Satu diantaranya adalah Puger,” kata Bupati Jember.
Lebih jauh MZA Djalal menuturkan bahwa Puger ibarat macan yang sedang tidur, karena kawasan itu sebenarnya cukup potensial untuk dijadikan tempat wisata internasional. “Akan kita bangunkan Puger yang masih tertidur dengan memberikan fasilitasi, sentuhan-sentuhan infrastruktur, dan sebagainya, sehingga ke depan Puger akan dapat menjadi objek wisata yang go internasonal.”
Dengan berbagai infrastruktur yang dibangun tersebut, Bupati berharap akan banyak investor-investor wisata yang berdatangan dan bersinergi dengan pemerintah kabupaten.
Menanggapi rencana dibangunnya kawasan Puger, Asisten II Pemkab Jember, Edy B Susilo menyampaikan keyakinannya bahwa 2-5 tahun ke depan kawasan ini akan menjadi kawasan yang sangat luar biasa, dan tidak kalah dengan daerah-daerah di luar Jember yang lebih dulu membangun.
“Karena situasi yang ada di Jember sekarang sangat berpotensi untuk mendatangkan investor, baik dari tingkat keamanan, kemudahan birokrasi, maupun dari dukungan political will Bupati yang sangat kuat,” kata Edy. Keyakinan tersebut diperkuat dengan keberhasilan pelaksanaan surving event di Puger beberapa waktu yang lalu, yang diikuti 90 peserta dari dalam negeri dan dari mancanegara.
“Apalagi jika lapangan terbang di Jember sudah difungsikan secara maksimal, maka akan dapat dibuka jalur ke Bali. Sehingga dapat menjadi paket wisata terusan dari bali menuju ke Jember, dilanjutkan ke Surabaya, Yogyakarta, dan seterusnya. Sehingga apa yang ada di Nusa Dua, atau di Benoa bisa kita usung ke Jember nantinya,” papar Edy.
Meski Puger diyakini memiliki potensi yang besar, namun Gunayat Suryono, Kepala UPTD Pendidikan Sumbersari tetap menyarankan agar megaproyek tersebut tidak digarap dengan gegabah. Butuh inovasi dan pemikiran yang mendalam untuk menjadikan objek wisata memiliki daya tarik bagi pengunjung.
“Kita harus membuat trobosan, mencari bentuk-bentuk wisata yang seperti apa yang diminati banyak orang. Apakah wisata bahari, wana wisata, atau yang lain. Kalau saya berharap adanya paket wisata edukasi yang saat ini masih langka dan cukup mengundang minat pengunjung. Sudah barang tentu dengan tetap mengembangkan bentuk paket wisata yang lain,” tutur Gunayat.
Selain itu, Kepala UPTD Sumbersari juga meminta kepada pemerintah untuk tidak hanya berpikir ansich tentang pariwisata, tapi juga harus dipertimbangkan sisi manfat dan kegunaan, serta mempertimbangkan faktor keselamatan dari pengunjung. (Mj)

Apa yang Sudah Kita Perbuat Untuk Jember

“Jangan tanyakan: apa yang sudah diberikan negara kepadamu, tapi bertanyalah: apa yang sudah kamu berikan kepada negaramu.” – John F. Kennedy.
Mungkin sudah menjadi watak dasar bangsa kita untuk selalu meminta, bahkan menuntut terhadap hak-haknya, namun cenderung mengabaikan tugas dan kewajibannya.


Lebih parah lagi, sebagian diantara mereka justru menjadi kanibal dan destroyer, pemakan hak orang lain, dan penghancur tatanan yang tidak berpihak kepada diri dan kelompoknya dengan mengorbankan kepentingan masyarakat luas. Persoalan yang membuat bangsa kita masih terpuruk hingga detik ini, dan sulit untuk bisa maju.
Terlalu besar mungkin jika membicarakan persoalan bangsa yang kompleks. Karena itu, mari kita persempit dengan melihat berbagai problem yang menghantui Jember.
Salah satu contoh kecil tentang kesejahteraan guru. Tatkala kesejahteraan guru dipandang masih rendah, guru-guru melalui wadah PGRI ramai-ramai berunjukrasa agar gaji dinaikkan. Tapi setelah gaji naik dan tingkat kesejahteraan lebih baik, ternyata masih banyak guru-guru yang tingkat kedisiplinannya rendah.
Keberadaan para pedagang kaki lima di kawasan kota juga bisa dijadikan contoh. Betapa ributnya masyarakat tatkala keberadaan PKL dipandang mengganggu ketertiban, kebersihan, dan keindahan kota. Tapi ketika pemerintah melakukan penataan, berbagai kebijakan yang dibuat justru kerap dihujat.
Kecenderungan kita untuk hanya memikirkan diri dan kelompok benar-benar telah menjadi virus yang sulit untuk dicarikan obatnya. Kecenderungan tersebut tanpa sadar menjadi penyakit kronis, bahkan wabah yang bukan hanya berdampak buruk terhadap diri pribadi, tetapi juga masyarakat luas.
Sadarkah kita terhadap apa yang selama ini kita perbuat? Pernahkah berpikir: apa yang telah kita berikan terhadap lingkungan, masyarakat, juga kepada Jember yang selama ini memberi kita ruang untuk hidup dan membangun kehidupan?
Cobalah untuk tidak lagi berpikir, apa yang telah diberikan Jember kepada kita? Karena kalau pertanyaan itu dilontarkan, jawabannya terlalu panjang untuk dituturkan. Sepanjang kehidupan yang telah kita jalani di Jember ini.
Bagi putra daerah, Jember telah memberikan sekotak lahan tempat ari-ari kita ditanamkan. Di sini pula kita menghabiskan masa kecil, bermain di hamparan tanahnya yang hijau, melabuhkan angan-angan di indahnya panorama alam, dan terlelap dinninabobokkan udaranya yang sejuk.
Jember telah memberi kita kesempatan untuk merenda harapan dan masa depan. Menyediakan kita tempat bernaung, mencukupi kebutuhan hidup, dan mungkin akan menjadi tempat peristirahatan terakhir kita di bumi ini.
Tidakkah itu sudah lebih dari cukup.? Bahkan jauh melebihi apa yang telah kita berikan kepada Jember.
Karena itu, bertanyalah: apa yang sudah kita perbuat untuk Jember? Tidak perlu terlalu jauh dengan bertanya: apa yang telah kita perbuat untuk bangsa ini. Karena menurut Emha Ainun Nadjib: Indonesia adalah bagian terkecil dari desa saya. Artinya, jika kita sudah berbuat sesuatu untuk untuk membangun Jember, sama artinya kita telah berbuat sesuatu untuk Indonesia, dan untuk kemaslahatan bangsa.
Tidak berat sebenarnya untuk memberi sesuatu yang berarti buat Jember dan seluruh masyarakatnya. Kerjakan dengan sungguh-sungguh apa yang menjadi tugas dan kewajiban kita, dan ambillah bagian yang memang menjadi hak kita, serta jangan memakan bagian dari hak orang lain.
Jika kita tidak bisa berbuat sesuatu untuk Jember, jangan justru menjadi klilip, merusak tatanan, merecoki kebijakan, serta memperkeruh keadaan.
Jika kita memang tidak bisa berbuat sesuatu untuk Jember, lebih baik diam! (*)


Merehab Bengkel Guru

Prolog Edisi 12
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “bengkel” memiliki arti: 1. tempat memperbaiki mobil, sepeda, dan sebagainya, 2. pabrik kecil: tempat tukang-tukang bekerja, 3. tempat berlatih sandiwara.
Dari ketiga arti yang dimiliki kata “bengkel”, saya sama sekali tidak bisa menangkap benang merah antara KKG yang sering dikatakan sebagai “bengkel dari para guru”, dengan makna kata dari bengkel itu sendiri. Karena saya yakin, guru-guru tidak akan mau diri mereka disamakan dengan mobil atau sepeda. Para guru saya pikir juga bukan seorang tukang, karena guru adalah sosok pekerja professional yang memiliki inovasi dan kreativitas di dalam mengajar. Tidak seperti tukang yang bekerja sesuai dengan pola-pola yang telah ada. Dan KKG bukan panggung sandiwara bukan?
Tapi entah kenapa, guru-guru rela KKG disebut bengkelnya para guru. Belum pernah ada seorang pun yang mempermasalahkan penggunaan istilah ini, meski sebenarnya tidak sesuai dan cenderung merendahkan citra guru. Karena guru-guru rela KKG disebut bengkelnya para guru, maka sayapun juga menggunakan istilah “merehab bengkel guru” untuk judul tulisan ini.
Prolog dari TAlenta ini sebenarnya bukan untuk mempermasalahkan istilah “bengkel”. Tapi untuk membahas peran KKG sebagai forum guru dalam beraktifitas dan bertukar pikiran terkait dengan proses pembelajaran. Sebagaimana kita ketahui bersama, jika KKG diberdayakan secara optimal, guru-guru akan bisa memetik manfaat yang besar untuk peningkatan kualitas KBM. Karena dari forum tersebut guru-guru dapat saling belajar, saling asah-asih, dan asuh, dan saling mengadopsi kelebihan-kelebihan dan kompetensi yang dimiliki guru lain dari lembaga sekolah lain untuk peningkatan kualitas pembelajaran yang mereka lakukan.
Jika KKG dioptimalkan, maka akan terbentuk guru-guru yang bermutu, yakni guru-guru yang memiliki: (1) Kemampuan akademis yang kuat tentang materi yang diajarkan, (2) Ketrampilan mengajar, terutama komunikasi dengan peserta didik, (3) Ketrampil menggunakan media pembelajaran, (4) Penguasaan managemen kelas, (5) Pengetahuan dan penggunaan berbagai macam tekhnik penilaian, (6) Ketrampilan sosial yang diperlukan untuk bekerja dengan sejawat, orang tua/wali murid, dan masyarakat, (7) Pengembangan profesi berkelanjutan selama bertugas untuk mendukung pengembangan karir, dan (8) Memiliki sistem pemantauan dan evaluasi yang baik untuk menyediakan umpan balik yang memadai dan tepat waktu bagi pengembangan mutu guru secara berkelanjutan.
Tapi apa daya gugus-gugus yang ada selama ini masih belum bisa berfungsi sebagaimana apa yang diharapkan. Pertemuan rutin sebulan sekali memang selalu dilakukan. Hanya saja pembicaraan dalam pertemuan tidak menyentuh pada hal yang substansial, tidak terfokus pada pembelajaran. Guru-guru cenderung membicarakan persoalan lain, atau bahkan yang ironis, masih ada guru-guru yang lebih terkosentrasi pada arisan gugus daripada persoalan pembelajaran. Dampaknya, kita terpuruk pada pelaksanaan UASBN beberapa waktu yang lalu.
Kita memang tidak bisa menyalahkan guru-guru, jika KKG selama ini hanya dijadikan sebagai tempat kangen-kangenan, sebagai tempat arisan, atau tempat rasan-rasan. KKG kurang dapat memberikan fungsi yang optimal disebabkan berbagai keterbatasan, beberapa diantaranya adalah: kurangnya sarana-prasarana, minimnya narasumber yang kompeten, kurang atau bahkan tidak adanya sarana pembelajaran dan sarana diskusi, serta berbagai persoalan lain yang kompleks.
Program Bermutu menjawab berbagai persoalan yang kompleks itu. Bukan hanya melalui teori-teori, dan sejumlah juklak serta juknis, tapi diiringi pula dengan kucuran dana senilai Rp. 25 juta untuk masing-masing gugus.
Ibarat mobil jika KKG tetap dipandang sebagai bengkel para guru, program-program kerja yang diusung setiap KKG kini telah diisi dengan bensin (dana). Ketua, pengurus, serta anggota KKG kini tinggal mengendarai mobil tersebut, tinggal menjalankan program-program yang ada tanpa dipusingkan oleh dana.
Persoalannya hanya berpulang dari diri masing-masing, apakah mobil itu akan dibawa ke tempat tujuan, atau dipakai untuk jalan-jalan tanpa peduli dengan arah yang ditempuh. Apakah program-program yang tertuang dalam proposal benar-benar dilaksanakan, dan diimplementasikan dalam proses pembelajaran, atau hanya dibiarkan dalam bentuk tulisan.
Semua berpulang pada gugus masing-masing, pada pribadi ketua, pengurus, dan anggota KKG masing-masing. Tapi ingat, setiap kebijakan selalu ada yang memonitor dan mengevaluasi. Setiap perbuatan harus selalu dipertanggungjawabkan.
“Tenang saja. Bukan sesuatu yang sulit untuk mengelabui Tim Monev.”
Mungkin benar. Tapi jangan lupa, Allah SWT selalu memonitor dan mengevaluasi apa yang kita perbuat. Dan pada saatnya ini Allah juga menuntut pertanggungjawaban dari perbuatan kita!